Update

Sering Merasa Sus pada Diri Sendiri? Hati-hati Impostor Syndrome!

6 min read
Image Article 1

The New One of The Day 

  • Pengertian impostor syndrome
  • Penyebab impostor syndrome
  • Tipe-tipe impostor syndrome
  • Tanda-tanda impostor syndrome
  • Bahayanya impostor syndrome
  • Cara mengatasi impostor syndrome

Hai, SangSang Mates! 

Siapa nih yang pernah atau sering bermain games Among Us? Tentunya kamu sudah tidak asing lagi dengan games yang sempat booming ini bukan.

Saking terkenalnya games ini, istilah impostor menjadi tren di mana-mana lho. Namun, nyatanya impostor juga ada di dunia nyata, SangSang Mates! 

Jika Among Us pemain mencoba mencari tahu siapa impostor, maka di dunia nyata orang berpura-pura menipu diri mereka sendiri.

Hah, maksudnya apa ya? Daripada penasaran, simak lebih lanjut penjelasan mengenai Impostor Syndrome di bawah ini, yuk!

Pengertian Impostor Syndrome

Melansir pragmaticinstitute.com, Impostor Syndrome atau Sindrom Penipu adalah pola kondisi psikologis di mana seseorang meragukan keterampilan, bakat, atau prestasi mereka. 

Orang-orang yang menderita sindrom ini akan bertingkah seolah-olah semua orang akan menilai dirinya sebagai penipu yang tidak berhak diakui dan diapresiasi prestasinya. Padahal mereka pantas mendapatkannya.

Sederhananya, ini adalah keraguan diri yang buruk yang mana bukan permainan peran atau mentalitas palsu. Bisa dibilang impostor syndrome adalah gambaran ketakutan dan kecemasan, serta depresi yang menyertai seseorang sehingga membuatnya tidak berani mencoba atau meragukan diri sendiri.

Lebih lanjut, dalam artikel dari halodoc.com, disebutkan siapa pun berpotensi menderita sindrom ini, tetapi biasanya orang-orang berprestasi lebih rentan mengalaminya.

Impostor Syndrome bukanlah penyakit mental. Sebaliknya, istilah ini biasanya diterapkan secara sempit pada kecerdasan dan prestasi, meski juga memiliki kaitan dengan perfeksionisme dan konteks sosial. 

Psikolog Suzanne Imes dan Pauline Rose Clance adalah dua orang pertama kali yang menggunakan istilah ini pada tahun 1970-an.

Penyebab Impostor Syndrome

Merujuk pada qubisa.com, beberapa hal yang bisa menjadi penyebab impostor syndrome, di antaranya:

  • Mempunyai sifat perfeksionis
  • Pola pengasuhan orang tua yang mengutamakan prestasi yang tinggi
  • Hidup di lingkungan yang penuh persaingan
  • Memasuki lingkungan baru dengan peran baru seperti karyawan atau anggota baru organisasi

Baca juga: Yuk, Latih Kemampuan Interview Kamu Dengan Robot AI Ini!

Tipe-tipe Impostor Syndrome

Melansir verywellmind.comimpostor syndrome dapat dipecah menjadi lima tipe dasar:

  1. The Perfectionist. 

Tipe sindrom penipu ini menentukan target yang tinggi bagi diri mereka sendiri. Ketika mereka gagal, mereka cenderung ragu atau menyalahkan dirinya.

  1. The Expert. 

Orang-orang dengan tipe ini kerap kalimerasa insecure dengan ilmu yang mereka miliki. 

Mereka sangat takut dianggap sebagai orang yang tidak berwawasan atau tidak berpengalaman. Akibatnya, mereka merasa tidak puas dan terus belajar secara berlebihan sampai menjadi “ahli.”

  1. The Natural Genius

Dalam tipe ini, seseorang mungkin merasa seperti seorang penipu hanya karena merasa tidak percaya bahwa dia bisa cerdas atau kompeten secara alami.

  1. The Soloist

Tipe satu ini biasanya melekat pada orang yang malas meminta bantuan karena merasa insecure

Orang dengan tipe ini biasanya akan menolak bantuan karena ingin menunjukan kemampuan yang ia miliki.

  1. The Superperson. 

Jenis sindrom penipu ini melibatkan keyakinan bahwa dirinya harus menjadi pekerja paling keras atau mencapai tingkat pencapaian setinggi mungkin. 

Jika dia tidak melakukannya, maka dia menganggap dirinya sebagai seorang penipu.

Tanda-tanda Impostor Syndrome

Beberapa tanda-tanda umum dari impostor syndrome meliputi:

  1. Ketidakmampuan untuk mengukur kompetensi dan keahlian secara rasional
  2. Mengaitkan kesuksesan dengan faktor eksternal
  3. Membebani kinerja saat bekerja
  4. Ketakutan tidak akan memenuhi harapan
  5. Menghindari tanggung jawab yang telah diberikan
  6. Menyabote kesuksesan sendiri
  7. Tidak puas dengan hasil kerja
  8. Menyangkal kemampuan diri

Baca juga: Ayo Mengenal Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan!

Bahayanya Impostor Syndrome terhadap Kesehatan Mental

Menurut sebuah studi baru dari para peneliti di University of Houstonimpostor syndrome dapat memiliki konsekuensi serius bagi kesejahteraan mental dan dapat memengaruhi hubungan pribadi dan kehidupan seseorang. 

Mereka yang terkena impostor syndrome lebih cenderung mudah gelisah, depresi, kurang percaya diri dan pemalu. 

Selain itu, berbagai pemikiran mengganggu di kepala penderitanya, seperti “Apa yang memberi saya hak untuk berada di sini?” atau “Mengapa saya pantas mendapatkannya?”

Orang-orang yang mengalami sindrom ini lebih cenderung memiliki konflik dalam pekerjaan dan kehidupan sosial seperti pertemanan dan keluarga.

Cara Mengatasi Impostor Syndrome

Impostor syndrome tidak dapat dibiarkan karena dapat menghambat potensi diri. Di samping itu, sindrom ini juga bisa menyebabkan gangguan kecemasan dan depresi dalam jangka waktu panjang. 

Maka dari itu, gangguan psikologis ini harus segera diatasi yang dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut ini.

1. Selalu bersyukur pada diri sendiri

Orang yang terkena impostor syndrome cenderung terpaku pada standar tinggi atau harus mencapai kesempurnaan yang ia tetapkan sendiri. 

Padahal hal itu tidaklah baik karena tidak semua orang harus menjadi sempurna. Meskipun begitu, bukan berarti kamu perlu menurunkan standar, ya. 

Kamu dapat menetapkan target yang sekiranya mampu atau dapat diraih. Untuk meraihnya dapat dilakukan secara bertahap, tidak perlu terburu-buru.

Daripada langsung meraih hasil yang sempurna, alangkah baiknya kamu berfokus pada proses pencapaiannya.

2. Bentuk support system yang sehat

Impostor syndrome kerap kali memunculkan berbagai pemikiran negatif terhadap orang-orang yang mengalaminya. Apabila terus dipendam, maka dikhawatirkan dapat berdampak buruk pada diri sendiri dan mudah jatuh dalam jurang ketakutan.

Kamu dapat membangun support system seperti menjalin pertemanan dengan orang-orang yang kamu percayai. Dengan memiliki lingkaran pertemanan yang sehat, kamu dapat menceritakan keluh kesahmu kepada mereka. Begitu pula sebaliknya.

3. Kontrol pikiran negatif yang muncul

Pikiran sering kali mempermainkan kita. Pada saat pikiran-pikiran negatif muncul kembali, cobalah mengendalikannya. Caranya adalah dengan mempertanyakan kembali apakah pikiran tersebut masuk akal. 

Contohnya, kamu sudah menyiapkan diri mengikuti kompetisi nasional dengan belajar selama berhari-hari. Apabila kamu berhasil menjadi juara, apa mungkin semua ini karena kamu beruntung atau tim jurinya yang terlalu baik?

Selalu ingat bahwa kesuksesan tersebut adalah buah dari ketekunan kamu yang telah berusaha keras belajar dengan sangat baik. 

Baca juga: You Can Do It! Dapatkan Skor Tinggi TOEFL dengan Tips Ini!

4. Berikan self-love pada diri sendiri

Self-love sangat diperlukan di saat kita merasa fenomena impostor syndrome sudah mendekat. Lihatlah diri kita sebagai sosok yang berharga dan pantas mendapatkan kebahagiaan. 

Kamu dapat memberikan hadiah yang bermakna pada dirimu sendiri setelah berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan, seperti pergi makan makanan favoritmu, membeli barang yang sudah lama diincar (bukan boros ya), atau maraton menonton serial favorit. 

Opsi lainnya adalah bisa pergi liburan ke tempat yang menyenangkan setelah sukses memenuhi target pekerjaan atau ujian akhir. 

5. Kenali kelebihan dan kekurangan diri

Last but not the least, cara ini dapat membantu kamu menghadapi impostor syndrome. Dengan mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, kamu bisa mengetahui potensi diri.

Setelah menemukannya, coba mencari strategi yang cocok untuk mengembangkan kelebihan tersebut dan mengatasi kekurangan. 

Dengan demikian, kamu tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan pikiran negatif yang bermunculan bahwa kamu tidak memenuhi kualifikasi untuk suatu peran atau tugas tertentu.

Semoga informasi di atas bermanfaat menambah wawasan SangSang Mates, ya.

Mau info menarik seputar dunia perkuliahan, magang, karier atau topik menarik lainnya? Kepoin konten menarik lainnya di Newsletter SangSang, yuk!  

Penulis: Venisa Yunita Sari


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *