Update

Masa Iya Harus Jadi Beauty Privilege?

3 min read

The New One of The Day

  • Apa itu privilege?
  • Bagaimana hubungan beauty privilege dengan halo effect?
  • Positif dan negatif jadi beauty privilege?

Hai, SangSang Mates!

Banyak banget yang berpendapat bahwa jadi orang yang cakep itu enak, hidupnya gampang, masalah berkurang, everything so easy for them hanya karena mukanya cakep. 

Baca juga: Ini Dia Manfaat Sunscreen Untuk Kulit Sehatmu

Sebelum kita  bahas beauty privilege, akan lebih masuk akal kalau kita ngebahas tentang privilegenya dulu nih. 

Di dalam suatu masyarakat itu pasti ada yang namanya quality atau landasan. Artinya ada orang-orang yang mendapatkan keuntungan cuma-cuma hanya karena statusnya yang lebih besar. 

Ada banyak studi yang ngebuktiin bahwa memang ada karakteristik fisik yang hampir semua orang setuju kalau itu masuk kategori cakep. Sebenarnya physical evidence itu nggak cuma berhubungan dengan estetika aja. 

Ada dua hal yang paling penting untuk melanjutkan eksistensi manusia, yaitu fitur atau karakteristik pada laki-laki dan perempuan yang dianggap atraktif. Biasanya, ada tanda bahwa seseorang tersebut lebih kuat dan lebih sehat. 

Contohnya, perempuan dianggap lebih subur kalau level estrogennya lebih banyak dan  lebih tinggi daripada level testosteron. Nah, perempuan seperti ini biasanya punya fitur yang kita anggap atraktif. Contohnya, kulitnya lebih mulus atau tulang pipinya lebih tinggi.

Baca juga: Komunitas Bikin Kehidupan Kuliahmu Positif

Lah kok jadinya kayak Halo efek? Dan lebih gampang dapat pasangan, dalam berkarir juga orang yang lebih cakep akan gampang dapat kerja dengan digaji lebih tinggi. 

Padahal kalau berdasarkan studi, mereka nggak lebih pinter, nggak lebih produktif, ataupun nggak lebih mahir daripada, yang cuma ngomong. Karena orang cakep itu biasanya punya self-confidence yang lebih tinggi. Akhirnya Mereka kelihatannya lebih kompeten karena orang cakep secara umum punya pengalaman lebih baik.

Baca juga: Perusahaan Impian Para Lulusan Akuntansi 

Beauty privilege nggak berdiri sendiri, dia berdiri sama isu-isu lain. Banyak masyarakat umum yang menganggap cantik itu adalah orang yang berkulit putih, perempuan yang lebih cantik kalau dia feminim, dan laki-laki dianggap lebih ganteng kalau dia maskulin, bahkan orang transgender juga seringkali dianggap tidak sesuai dengan with Standard di masyarakat. 

Baca juga: Psikotes yang Sering Dijumpai Saat Seleksi Kerja 

Tau nggak sih SangSang Mates, sebenarnya setiap yang beautiful itu, nggak selalu memberikan dampak positif ke orangnya. Dampak negatifnya juga ada lhoo, contohnya orang yang cakep dapat ekspektasi lebih besar dari lingkungannya. Jadi misalnya, dia nggak sesuai dengan ekspektasi tersebut, dia akan dapat replication lebih besar. 

Beauty privilege juga ngebentuk pandangan yang nggak sehat, akhirnya terhadap fisik selama dia hidup, akan konsentrasi dihantui narasi bahwa fisik itu adalah salah satu poin utama dalam diri. 

Akhirnya perempuan lebih kritis terhadap fisik, akan muncul juga stereotip bahwa perempuan itu cuma peduli sama fisiknya saja. Perempuan yang atraktif bekerja di suatu industri, biasanya harus bekerja dua kali 3 lebih keras hanya untuk membuktikan bahwa dia bukan lebih dari sekadar muka aja, dia harus effort. 

Baca juga: Circle yang Tepat Menciptakan Mental Sehat

SangSang Mates harus tau kalau kalau merawat diri itu penting, tapi beauty doesn’t make a person. Seseorang juga dapat dipandang good karna etika, sopan santun, wawasan yang luas, dan juga punya banyak skills

Jika SangSang Mates sering bilang “Ah lu kan enak, lu cakep, atau lu kan punya privilege, muka lu cantik”. Argumen beautifulest ini nggak bisa dipakai karena orang-orang cakep ini, bukan salahnya. 

Baca juga: Ini Dia Kebiasaan Sederhana yang Baik Untuk Kesehatan Kamu

SangSang Mates setuju kalau beauty privilege itu ada atau nggak? 

Jangan lupa kasih like dan share lewat media sosial kalian supaya makin banyak orang yang tahu bahwa beauty privilege memberikan dampak positif dan negatif. Sampai ketemu di tulisan selanjutnya!

Penulis: Oksha Nur


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *