Newsletter

Kelanjutan Valtair dan Zero dalam melawan para villain |Forgotten Echoes

1 min read

Forgotten Echoes

Baca Juga: Organisasi Luar Kampus Buat Asah Skill Yang Bisa Diikuti Mahasiswa!

Aku mengernyitkan kening, sejak misi pertama, Valtair terus mengikutiku dan bertanya apakah aku memiliki kekuatan hipnotis. Apa yang bocah itu pikirkan sih?

“Permisi, ini kartu anggotamu.” Bagian administrasi akhirnya memberikanku kartu agar aku bisa leluasa memasuki lab, sebagai hadiah atas misi pertama yang sukses besar.

“Terima kasih.” Akhirnya, kunci untuk tujuanku yang sebenarnya.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Sci-Fi: Alternatif Seru dan Bikin Mikir

Ah sial, aku merasakan tatapan menusuk lagi. Bocah itu pasti menatapku lagi, ada apa dengannya sih? Aku harus melakukan sesuatu agar dia berhenti mengawasiku.

“Val.” Aku memanggil nama pendeknya, lebih hemat. Aku menoleh ke belakang dan bertanya, “Kau butuh sesuatu?”

Valtair mendekat, tidak merasa malu meski ketahuan, ia dengan polosnya bertanya, “Apa yang akan kau lakukan dengan itu?”

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film DenganTokoh Anti-Hero

“Bukan urusanmu. Dan lebih baik jangan ikut campur.” Aku akan menyingkirkan pria ini jika dia berani menghalangi tujuanku.

“Santai, aku tidak tertarik. Hanya menyarankan untuk berhati-hati, jangan sampai ketahuan ya.” Valtair tersenyum, kali ini tampak lebih tulus, dan itu membuatku merinding.

Aku menatap Valtair yang pergi begitu saja, sepertinya benar dugaanku, orang ini punya masalah mental. Aku tidak bisa memahami perubahan sikapnya, yah, aku juga tidak peduli.

Baca Juga:Punya Ambisi Kerja Berlebih Baik Gak Sih?

“Aku pasti akan menemukannya.” Menggenggam erat kartu akses lab, aku berjalan lebih jauh, memasuki area laboratorium khusus dimana file-file di simpan.

Jantungku berdetak kencang, kepalaku berdenyut, dan sekelebat ingatan yang terpotong-potong mulai bermain di otakku. Hal yang terus saja aku rasakan semenjak ditangkap.

Memori-memori aneh yang seperti milik orang lain, tapi pada saat bersamaan mengundang familiar. Satu memori paling jelas, peneliti menaruh catatan tentang asal usulku di ruang ini. Ruang merah.

Content Writer: Nabila Nur Zahra

Editor: Zahwa Yami Putri


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *