Update

Jangan Terlalu Sering Memendam, Mari Kenali Emosi dalam Diri Lewat Buku Agnosthesia

8 min read

Image Article 1

The New One of The Day

  • Apa itu emosi?
  • Mengenali emosi dalam diri
  • Review buku Agnosthesia karya Maria Frania Ayu

Hai, SangSang Mates!

Apa kabar hari ini? Sedang merasa senang, sedih, kecewa, atau bingung? Apapun perasaanmu, percayalah bahwa itu adalah sesuatu yang valid. Tidak perlu takut untuk mengakui emosi yang kamu rasakan. 

SangSang Mates, tahukah kamu apa itu emosi? Apakah emosi hanya tentang kemarahan? Apa saja sih bentuk emosi itu? 

manusia dan beragam emosi yang dirasakan

Salah satu buku pengembangan diri yang menjadikan emosi sebagai topik utama  ialah buku berjudul Agnosthesia karya Maria Frania Ayu. Buku ini ditulis oleh seorang perawat kesehatan jiwa yang sehari-harinya menghadapi manusia dengan beragam emosi yang dihadapinya. 

Buku terbitan penerbit Buku Mojok ini terdiri atas lima bab yang masing-masing membahas mengenai emosi, di antaranya sebagai berikut:

  • Bab I: Menerjang Badai, Membakar Matahari (tentang kesedihan dan kesunyian)
  • Bab II: Dalam Bayang-bayang Invisible Tigers (tentang kecemasan dan ketakutan)
  • Bab III: Berpegang pada Untaian Benang-benang Rapuh (tentang kepercayaan)
  • Bab IV: Pot Api (tentang kemarahan)
  • Bab V: Teratai yang Mekar di Kubangan Lumpur (tentang kebahagiaan)

Buku Agnosthesia: Ketidakmampuan Mengenal Emosi yang Membuat Kita Menderita

Emosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak dahulu kala. Hal itu terjadi karena setiap manusia memiliki emosi.

Meski begitu, banyak dari kita yang tidak menyadarinya atau bahkan enggan mengakuinya. Dibandingkan mengelolanya, kita lebih sering berusaha memendam emosi.

Baca juga: 3 Rekomendasi Novel Self Improvement Karya Penulis Negara Ginseng

Buku ini menjelaskan bahwa emosi bukan hanya tentang kemarahan. Kesepian, kecemasan, ketakutan, kepercayaan, dan kebahagiaan merupakan beberapa dari sekian banyak bentuk emosi. 

Penulis juga menyebutkan bahwa manusia dapat mengalami hingga 34.000 emosi yang datang silih berganti dalam hidup. Sayangnya, kita seringkali abai terhadap emosi-emosi yang dirasakan.

Kita terbiasa untuk menahan emosi dengan dalih ‘kedewasaan’. Padahal menjadi dewasa bukan berarti tidak memiliki emosi, tetapi bagaimana kita mengelola emosi yang dirasakan.

Dalam buku ini, penulis berkali-kali mengatakan bahwa kita adalah manusia. Segala emosi yang kita rasakan merupakan sesuatu yang valid. Merasakan emosi merupakan hal yang normal dan dapat dialami oleh siapa saja.

Sesuatu yang berbeda ialah respons terhadap emosi tersebut. Untuk dapat merespon keberadaan emosi dengan cara terbaik, kita harus terlebih dahulu mengenali emosi yang dirasakan.

Proses mengenali emosi bukanlah proses yang instan dan dapat dilakukan dalam sekali kedipan mata. Mengenali emosi artinya upaya mengenali diri sendiri.

Untuk melakukannya kita butuh waktu seumur hidup. Artinya, untuk mengenali emosi dan memberikan respon terbaik terhadapnya, kita harus berlatih setiap waktu.

Baca juga: Atomic Habits: Buku Legendaris yang Bisa Jadi Inspirasi Buat Kamu! 

Sebagai buku psikologi yang ditulis oleh perawat kesehatan jiwa, buku ini tidak terlalu banyak berbicara mengenai hal-hal teoritis. Agnosthesia lebih banyak menceritakan mengenai pengalaman dan pemahaman penulis sebagai praktisi dalam mengenal emosi, baik emosi yang dirasakannya sendiri maupun emosi yang dirasakan oleh pasien-pasiennya.

berkonsultasi dengan psikolog

Dalam buku ini, penulis mencoba memberikan berbagai upaya yang dapat dilakukan pembaca guna dapat memilih caranya sendiri untuk mengenali emosi. Ketika emosi secara tiba-tiba menghampiri, kita dapat memberi jeda pada diri sendiri untuk memahami situasi yang sedang terjadi.

Buku ini sangat mudah untuk dipahami. Buku ini dapat menjadi teman perjalanan dalam upaya mengenali emosi. Dan, selayaknya seorang teman baik, buku ini tidak akan memanjakan kita dengan terus menerus menyerah ataupun menyanggah pada setiap emosi yang dirasakan.

Buku ini mendorong kita untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang kita butuhkan, baik itu beristirahat sejenak, mempersiapkan dan mencoba sesuatu, hingga nantinya kita dapat berjalan kembali.

“Bayangkan kamu sedang di pinggir sungai, duduk dan mengamati aliran air di depan mata. Ada riak air, pusaran-pusaran kecil yang ditimbulkan oleh interaksi antara air dan bebatuan, juga lompatan-lompatan kecil gelombang yang menawan. Kau tetap diam di tempatmu berada, duduk tenang dan mengamati. Begitulah caramu memperlakukan emosi dan riak-riaknya dalam hidup.”

—Agnosthesia, hlm. 159

SangSang Mates, sebagai anak muda, tentu kita sering merasakan emosi yang meluap-luap. Alih-alih berupaya memendam emosi, lebih baik cobalah belajar mengenali dirimu dan emosi kamu yang rasakan.

Belajarlah mengelolanya agar kamu dapat menyalurkan emosi dengan cara-cara yang bijaksana dan tidak menyakiti siapapun, baik dirimu sendiri maupun orang lain.

Baca juga: Manfaat Baca Buku Banyak, Udah Berapa Buku yang Dibaca? 

Bagi SangSang Mates yang membutuhkan artikel lainnya mengenai pengembangan diri, baik itu berupa rekomendasi buku, film, lagu, sampai K-dramakamu bisa banget kepoin artikel lainnya di websitenya KT&G SangSang Univ. Indonesia

Bukan hanya soal pengembangan diri, SangSang Mates juga bisa baca tema lainnya, seperti pendidikantips kampus, entertainment, teknologi, kesehatan, dan lain-lain.

Penulis: Hana Farhani Maulida 

Jangan Terlalu Sering Memendam, Mari Kenali Emosi dalam Diri Lewat Buku Agnosthesia

Hana Farhani Maulida

Wednesday , 23 November 2022             Dilihat : 0 kali

1Share

Image Article 1

The New One of The Day

  • Apa itu emosi?
  • Mengenali emosi dalam diri
  • Review buku Agnosthesia karya Maria Frania Ayu

Hai, SangSang Mates!

Apa kabar hari ini? Sedang merasa senang, sedih, kecewa, atau bingung? Apapun perasaanmu, percayalah bahwa itu adalah sesuatu yang valid. Tidak perlu takut untuk mengakui emosi yang kamu rasakan. 

SangSang Mates, tahukah kamu apa itu emosi? Apakah emosi hanya tentang kemarahan? Apa saja sih bentuk emosi itu? 

manusia dan beragam emosi yang dirasakan

Salah satu buku pengembangan diri yang menjadikan emosi sebagai topik utama  ialah buku berjudul Agnosthesia karya Maria Frania Ayu. Buku ini ditulis oleh seorang perawat kesehatan jiwa yang sehari-harinya menghadapi manusia dengan beragam emosi yang dihadapinya. 

Buku terbitan penerbit Buku Mojok ini terdiri atas lima bab yang masing-masing membahas mengenai emosi, di antaranya sebagai berikut:

  • Bab I: Menerjang Badai, Membakar Matahari (tentang kesedihan dan kesunyian)
  • Bab II: Dalam Bayang-bayang Invisible Tigers (tentang kecemasan dan ketakutan)
  • Bab III: Berpegang pada Untaian Benang-benang Rapuh (tentang kepercayaan)
  • Bab IV: Pot Api (tentang kemarahan)
  • Bab V: Teratai yang Mekar di Kubangan Lumpur (tentang kebahagiaan)

Buku Agnosthesia: Ketidakmampuan Mengenal Emosi yang Membuat Kita Menderita

Emosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak dahulu kala. Hal itu terjadi karena setiap manusia memiliki emosi.

Meski begitu, banyak dari kita yang tidak menyadarinya atau bahkan enggan mengakuinya. Dibandingkan mengelolanya, kita lebih sering berusaha memendam emosi.

Baca juga: 3 Rekomendasi Novel Self Improvement Karya Penulis Negara Ginseng

Buku ini menjelaskan bahwa emosi bukan hanya tentang kemarahan. Kesepian, kecemasan, ketakutan, kepercayaan, dan kebahagiaan merupakan beberapa dari sekian banyak bentuk emosi. 

Penulis juga menyebutkan bahwa manusia dapat mengalami hingga 34.000 emosi yang datang silih berganti dalam hidup. Sayangnya, kita seringkali abai terhadap emosi-emosi yang dirasakan.

Kita terbiasa untuk menahan emosi dengan dalih ‘kedewasaan’. Padahal menjadi dewasa bukan berarti tidak memiliki emosi, tetapi bagaimana kita mengelola emosi yang dirasakan.

Dalam buku ini, penulis berkali-kali mengatakan bahwa kita adalah manusia. Segala emosi yang kita rasakan merupakan sesuatu yang valid. Merasakan emosi merupakan hal yang normal dan dapat dialami oleh siapa saja.

Sesuatu yang berbeda ialah respons terhadap emosi tersebut. Untuk dapat merespon keberadaan emosi dengan cara terbaik, kita harus terlebih dahulu mengenali emosi yang dirasakan.

Proses mengenali emosi bukanlah proses yang instan dan dapat dilakukan dalam sekali kedipan mata. Mengenali emosi artinya upaya mengenali diri sendiri.

Untuk melakukannya kita butuh waktu seumur hidup. Artinya, untuk mengenali emosi dan memberikan respon terbaik terhadapnya, kita harus berlatih setiap waktu.

Baca juga: Atomic Habits: Buku Legendaris yang Bisa Jadi Inspirasi Buat Kamu! 

Sebagai buku psikologi yang ditulis oleh perawat kesehatan jiwa, buku ini tidak terlalu banyak berbicara mengenai hal-hal teoritis. Agnosthesia lebih banyak menceritakan mengenai pengalaman dan pemahaman penulis sebagai praktisi dalam mengenal emosi, baik emosi yang dirasakannya sendiri maupun emosi yang dirasakan oleh pasien-pasiennya.

berkonsultasi dengan psikolog

Dalam buku ini, penulis mencoba memberikan berbagai upaya yang dapat dilakukan pembaca guna dapat memilih caranya sendiri untuk mengenali emosi. Ketika emosi secara tiba-tiba menghampiri, kita dapat memberi jeda pada diri sendiri untuk memahami situasi yang sedang terjadi.

Buku ini sangat mudah untuk dipahami. Buku ini dapat menjadi teman perjalanan dalam upaya mengenali emosi. Dan, selayaknya seorang teman baik, buku ini tidak akan memanjakan kita dengan terus menerus menyerah ataupun menyanggah pada setiap emosi yang dirasakan.

Buku ini mendorong kita untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang kita butuhkan, baik itu beristirahat sejenak, mempersiapkan dan mencoba sesuatu, hingga nantinya kita dapat berjalan kembali.

“Bayangkan kamu sedang di pinggir sungai, duduk dan mengamati aliran air di depan mata. Ada riak air, pusaran-pusaran kecil yang ditimbulkan oleh interaksi antara air dan bebatuan, juga lompatan-lompatan kecil gelombang yang menawan. Kau tetap diam di tempatmu berada, duduk tenang dan mengamati. Begitulah caramu memperlakukan emosi dan riak-riaknya dalam hidup.”

—Agnosthesia, hlm. 159

SangSang Mates, sebagai anak muda, tentu kita sering merasakan emosi yang meluap-luap. Alih-alih berupaya memendam emosi, lebih baik cobalah belajar mengenali dirimu dan emosi kamu yang rasakan.

Belajarlah mengelolanya agar kamu dapat menyalurkan emosi dengan cara-cara yang bijaksana dan tidak menyakiti siapapun, baik dirimu sendiri maupun orang lain.

Baca juga: Manfaat Baca Buku Banyak, Udah Berapa Buku yang Dibaca? 

Bagi SangSang Mates yang membutuhkan artikel lainnya mengenai pengembangan diri, baik itu berupa rekomendasi buku, film, lagu, sampai K-dramakamu bisa banget kepoin artikel lainnya di websitenya KT&G SangSang Univ. Indonesia

Bukan hanya soal pengembangan diri, SangSang Mates juga bisa baca tema lainnya, seperti pendidikantips kampus, entertainment, teknologi, kesehatan, dan lain-lain.

Penulis: Hana Farhani Maulida 


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *