Update

Inflammatory Bowel Disease, Bukan Sakit Perut Biasa

4 min read

The New One of The Day

  • Apa itu inflammatory bowel disease?
  • Perbedaan penyakit Crohn sama kolitis ulseratif 
  • Cara mengatasi inflammatory bowel disease

Hai, SangSang Mates!

Siapa sih yang nggak sebel kalo tiba-tiba sakit perut? Pasti sebel karena mengganggu banget, apalagi kalo munculnya di waktu yang nggak tepat, misalnya saat mau presentasi di depan kelas, nungguin orderan datang, atau malah waktu kita lagi makan.

Sakit perut karena masalah pencernaan

Meskipun sepele, sakit perut nggak bisa dianggap remeh loh! Soalnya, beberapa penyebab sakit perut mostly berhubungan dengan sistem pencernaan dan kalo dibiarin, bisa berakibat fatal. Salah satu penyebabnya adalah IBD atau Inflammatory Bowel Disease.

Baca juga: Ayo Mengenal Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan!

Penasaran, kan? Kuy, kita pelajari lebih jauh soal Inflammatory Bowel Disease!

Jadi IBD itu penyakit pencernaan kah?

Betul! Inflammataory Bowel Disease lebih umum dikenal sebagai penyakit radang usus, Penyakit ini menyerang usus sehingga mengalami peradangan sampai menyebabkan iritasi atau luka. Percaya atau nggak, sebanyak 396 kasus radang usus per 100.000 orang muncul pertahun.

IBD juga bisa dibilang sebagai penyakit autoimun yang menyerang sistem pencernaan, soalnya istilah ini biasanya ngerujuk ke penyakit Crohn dan kolitis ulseratif yang notabene penyakit autoimun.

Bentar, bedanya penyakit Crohn sama kolitis ulseratif itu apa?

IBD yang disebabkan oleh kolitis ulseratif biasanya berupa peradangan lapisan dalam pada usus besar (colon) dan umumnya sering terjadi pada pria kelompok usia 30-40 tahun.

Sedangkan IBD karena penyakit Crohn berupa peradangan yang nggak cuma terjadi pada usus halus dan usus besar, tetapi juga dari mulut sampai dubur. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada wanita kelompok usia 20-30 tahun.

Peradangan saluran pencernaan

Meskipun kedua penyakit radang usus ini sama-sama memiliki gejala sakit perut dan BAB berdarah, gejala lain yang dialami pun berbeda. Pada kolitis ulseratif, gejala lain yang biasanya dijumpai adalah mudah kelelahan, demam, dan berat badan menurun.

Sementara pada penyakit Crohn, gejala lain yang biasa terjadi adalah sariawan, demam, mual dan muntah, dan turunnya berat badan. Penyakit Crohn juga menyebabkan munculnya saluran di sekitar dubur yang dikenal sebagai fistula ani.

Umumnya, seseorang yang berusia di bawah 35 tahun, punya kebiasaan merokok, dan memiliki keluarga dengan riwayat penyakit tersebut lebih rawan mengalami kolitis ulseratif maupun penyakit Crohn. 

Baca juga: Circle yang Tepat, Menciptakan Mental yang Sehat

Nggak cuma itu, faktor lingkungan seperti tinggal di dekat kawasan industri juga memicu munculnya kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.

Sayangnya, sama seperti penyakit-penyakit autoimun lainnya, belum diketahui secara pasti apa penyebab munculnya kedua penyakit ini. 

Tapi, kuat kemungkinan kedua penyakit ini muncul karena si autoimun yang justru menyerang sel-sel sehat di saluran pencernaan sehingga menimbulkan peradangan.

Kalo dibiarin, bisa berbahaya nggak?

Betul, makanya IBD nggak bisa dianggap remeh soalnya komplikasi yang muncul beneran sebahaya itu! Kalo dibiarin, penyakit-penyakit komplikasi yang biasanya muncul antara lain:

Tapi penyakit-penyakit bisa diatasi dan dicegah nggak nih?

Nggak ketauan pemicunya bukan berarti nggak bisa diatasi. Untuk saat ini, IBD bisa diatasi dengan berbagai cara. Cara pertama adalah mengonsumsi obat-obatan. Biasanya, dokter akan meresepkan obat antiradang, imunosupresan, antibiotik, antidiare, dan obat pereda nyeri.

Pengobatan oleh dokter

Khusus untuk penderita penyakit Crohn, selain obat-obatan, penambahan nutrisi lewat selang makan atau infus juga disarankan untuk si penderita. Soalnya, peradangan yang disebabkan oleh penyakit ini bisa menghambat nutrisi dari makanan yang dimakan si penderita.

Langkah terakhir yang biasa diambil untuk mengatasi kedua penyakit ini adalah operasi untuk pengangkatan sebagian atau seluruh usus besar. Setelah operasi, usus halus akan disambungkan ke dubur atau dibuatkan lubang permanen pada perut sebagai saluran pembuangan yang biasanya dikenal sebagai kolostomi.

Namanya penyakit autoimun, penyakit Crohn maupun kolitis ulseratif nggak bisa dicegah, tetapi gejala yang timbul bisa direda sekaligus mencegah kambuh kembali.

Mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan rutin berolahraga tentu aja jadi cara jitu untuk mengurangi gejalanya, meskipun untuk kasus penderita kolitis ulseratif disarankan untuk membatasi konsumsi susu dan produk olahannya. 

Untuk penderita IBD yang sering merokok, biasanya akan disuruh untuk berhenti merokok untuk mencegah kekambuhannya. 

Pengelolaan stress yang baik juga bisa mengurangi potensi kekambuhan radang usus, loh! Biasanya, teknik relaksasi dan latihan penapasan bisa jadi cara terbaik untuk mengelola stress.

Baca juga: Hari Osteoporosis Sedunia, Cegah Untuk Masa Depan Lebih Cerah

Nah SangSang Mates, kuy share artikel ini ke temen-temen kalian biar mereka tau soal penyakit IBD. Nggak cuma itu, kalian bisa cek artikel-artikel menarik lainnya di situs KT&G SangSang univ. Indonesia, siapa tau ada artikel yang bisa bikin kalian tertarik untuk like dan komen!

Penulis: Ghina Rifqina


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *